Friday, October 2, 2015

Penduduk Bumi Yang Masih "Offline'

Di jaman sekarang ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan dalam bidang teknologi mengumbar-ngumbarkan era konektivitas dan Internet Of Things. Tetapi data terbaru dari Broadband Commission United Nation mengungkapkan bahwa masih banyak orang yang belum terhubung dengan Internet.

Dalam laporannya yang telah dirilis, memperkirakan sekitar 57% populasi manusia di Bumi tidak terjangkau Internet (offline) hingga akhir 2015 nanti. Jumlah tersebut setara dengan 4,2 miliar orang dari seluruh negara.

Perhitungan tersebut dilihat dari 80% penduduk dunia yang tinggal di negara-negara maju dan berkembang dan jumlah penduduk yang tinggal di negara-negara miskin sekitar 6,7% yang telah terhubung ke Internet.

PBB juga menyoroti sedikitnya konten dari Internet yang tersedia dalam bahasa lokal. Mereka berpendapat, bahwa tidak ada gunanya menyediakan Internet cepat namun isi situsnya tidak bisa dibaca oleh penduduk lokal.

PBB juga meyakini usaha perusahaan-perusahaan dibidang teknologi dunia dalam mengembangkan Internet murah, bisa membantu kesenjangan ini. Namun PBB juga mengatakan bahwa perlu usaha dan solusi yang lebih komperhensif.

Kondisi sosial ekonomi suatu negara tentu saja mempengaruhi akses ke Internet. Selain isu-isu seputar kemiskinan dan diskriminasi, PBB pun mendesak agar negara-negara mulai memikirkan tentang broadband.

Pada tahun 2021 mendatang, sekitar 60% penduduk dunia terhubung dengan Internet, terdorong oleh penetrasi smartphone menurut prediksi PBB. Jumlah pelanggan data mobile diyakini juga akan sama jumlahnya dengan pelanggan ponsel reguler pada 2020 mendatang.

Thursday, October 1, 2015

3 Programer Cilik Jadi Juara Pakai Laptop Pinjaman


Ketiga peserta yang menjadi satu tim di INAICTA asal Garut ini, sempat kekurangan dana untuk berangkat ke Jakarta dan mereka juga belajar dengan fasilitas yang serba minim.

Tetapi walau semuanya serba terbatas, Fazil, Raka, dan Raffi yang tergabung dalam Steam Club Indonesia itu menjadi pemenang lewat karya mereka dalam ajang INAICTA tahun 2014 lalau dari kategori SD-SMP.

Dewis Akbar, yang menjadi pendamping tim ketiga peserta ini pun mengatakan, "Untuk memakai laptop saja mereka harus bergantian. Kadang memakai laptop saya juga,". Dia juga menceritakan bahwa Fazil, Raka, maupun Rafli sama-sama tidak memiliki laptop untuk mengerjakan proyek aplikasi mereka. Akbar juga mengakui kalau jumlah laptop yang dimiliki tidak sebanding dengan jumlah anggota kelompok belajar. "Bayangkan, tiga laptop untuk 22 orang dipakai bergantian,"

Laptop tersebut juga merupakan sumbangan dari pemerintah dan salah satunya dari Kementrian Komunikasi dan Informatika yang memberikan hadiah sebesar 200 dollar AS pada saat mereka mengikuti ajang APICTA 2014.

Steam Club Indonesia di dirikan oleh Akbar diperuntukan untuk siswa-siswa di Garut yang ingin belajar tentang science, technology, engineering, art, dan mathematics (STEAM). Dulunya Steam Club Indonesia bernama Raspberry Pie Garut, tetapi karena peminatnya semakin sedikit, maka kelompok tersebut berganti nama.

Fazil, Raka, dan Rafli berhasil menyabet gelar aplikasi terbaik kategori SD-SMP, yang tergabung dalam kelompok mewakili Garut dalam ajang INAICTA 2014, dengan membuat aplikasi Saron Simulator. Aplikasi tersebut dibuat untuk meniru alat musik tradisional Saron.

Pada saat pertandingan tersebut, mereka masih duduk di bangku sekolah dasar (SDN Regol 10 Garut) dan berhasil mengalahkan peserta-peserta lain dari kalangan SMP. Kini mereka masing-masing sudah bersekolah di SMP yang berbeda, tetapi walau berbeda sekolah, mereka tetap berkarya dan membuat aplikasi Buku Tamu Android.

Aplikasi itu memungkinkan penggunanya menulis buku tamu lewat ponsel pintar, termasuk memberikan detail informasi nama, alamat e-mail, serta berfoto selfie di buku tamu elektronik tersebut.

Menggunakan Office 2016, Kerja Menjadi Fleksibel


Setelah dirilisnya Microsoft Office 2016 secara global pada hari Selasa, 22 September 2015 lalu, kini pihak Microsoft Indonesia memperkenalkan secara resmi aplikasi produktivitas Office 2016 tersebut di Indonesia.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro menyebut Office 2016 adalah aplikasi yang paling penting yang pernah diluncurkan oleh Microsoft.

"Dengan Office 2016, Microsoft benar-benar merealisasikan bahwa semua individu dan organisasi bisa melakukan lebih dengan aplikasi produktivitas itu," ujar Andreas pada acara jumpa media di Jakarta, Rabu 23 September 2015.

Microsoft juga mendukung tren remote office dengan Office 2016, sehingga dari fitur-fitur yang terdapat didalamnya memungkinkan penggunanya bekerja lebih fleksibel dan dapat bekerja dari luar kantor (mobile office). Luky Gani, Business Head Microsoft Indonesia pun menerangkan "Bekerja sekarang tidak harus di kantor, teknologi Microsoft membuat siapa saja bekerja di mana saja dan kapan saja dengan perangkat apa saja, dan platform apa saja,"

Beberapa fitur yang dapat mendukung mobile office antara lain adalah Co-Authoring yang dapat memungkinkan empat hingga lima orang bisa membuka dokumen yang sama, dan dapat mengerjakannya secara bersamaan walau menggunakan perangkat (mobile/desktop) dan platform berbeda (Windows/Mac/Android).

Fitur conversation adalah keunggulan lain dalam hal kolaborasi yang dimiliki Office 2016. Memungkinkan semua anggota yang sedang membuka dokumen yang sama dapat saling chatting dan melakukan video call jika di integrasikan dengan Skype For Business.

Andreas juga berkata, "Dengan demikian kita bisa bekerja sama dengan partner tanpa harus berada di satu tempat, atau seolah-olah ada di satu tempat,".

Baca juga : Microsoft Office 2016, Office 365 Update